Dasar Pemikiran
Dalam dunia pendidikan kita saat ini, seiring dengan perkembangan
zaman, seringkali dipertontonkan kekerasan yang melanda dunia pendidikan kita.
Dengan berkembangnya tekhnologi-informasi sebagai sarana untuk memudahkan dan
memajukan pendidikan, justru kadangkala harus berbuah pahit. Banyak
peristiwa-peristiwa yang tidak manusiawi yang cukup memprihatinkan, terutama
dikalangan remaja sebagai penerus bangsa.
Perkembangan dan perjalanan pendidikan itu terus melakukan
upaya-upaya perubahan, supaya dalam proses pembelajaran menemukan bentuk yang
efektif dan efisien, salah satu perubahan yang dilakukan oleh pemerintah dengan
merubah Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan ( KTSP ) yang mulai diterapkan pada
tahun 2006 lalu, dan sekarang bergeser menjadi kurikulum 2013, walalupun
kebijakan pemerintah saat ini masih simpang siur mengenai kurikulum 2013 mengenai
bentuk implementasinya. Fenomena ide dasar munculnya pendidikan gratis,
pendidikan untuk rakyat seluruh Indonesia, dan masih banyak lagi sederatan
konsep yang diperuntukkan bagi peningkatan mutu pendidikan, justru pendidikan
kita masih tertinggal dari negara tetangga. Pendidikan di Indonesia masih dalam
urutan yang ke 69, sedang malaysia sudah urutan ke 65, dan Brunai Darussalam
urutan ke 34.
Era modernisasi dengan ditandai pesatnya pengetahuan dan
tekhnologi-informasi secara drastis, acapkali membuat kita kelabakan, banyak
problem yang muncul dalam dunia pendidikan kita, seperti guru yang masih
gaptek, guru yang dipaksakan untuk mengajar, sehingga mengenyampingkan
nilai-nilai profesionalitas, guru dengan konsep pembelajaran yang kaku dan
pasif, serta masih banyak lainnya yang tidak relevan dengan konstek kekinian.
Perlunya pembenahan dalam dunia pendidikan
kita dari berbagai aspek, sehingga evaluasai, introspeksi, dan proyeksi
kedepan menjadi catatan kinerja dari semua pihak, baik pemerintah, guru sebagai
aktor intelektual pendidikan, dan masyarakat sebagai penguat dari berjalannya
roda pendidikan kita.
Maju dan berkembangnya suatu negara tidak lepas dari peran dan
fungsi pendidikan, karena dengan pendidikan itulah proses tranformasi ilmu,
akhlag, dan pembentukan suatu budaya dalam masyarakat menjadi salah satu
karakter bangsa. Maju dan tidaknya suatu negara, kita bisa melihat bagaimana
pendidikan sebagai ujung tombak untuk menjadikan generasi penerus sebagai aset
bangsa, dengan membina, mengarahkan dan mendidik peserta didik dengan
keseimbangan antara pembentukan pola berpikir ( mindset ) atau
pembangunan intelektual peserta didik, pembangunan mental, dan pembangunan
keterampilan ( softskill ), tiga hal tersebut menjadi perhatian para
guru secara terus menerus, sehingga para guru dengan lebih mudah mengembangkan,
mengarahkan, dan mengantarkan para peserta didik menuju manusia yang
memanusiakan manusia ( humanisme ).
Disinilah kemudian perlu untuk digaris bawahi, bahwa integralisasi
nilai-nilai pendidikan sebagai tiang pembangunan peradaban. Pendidikan yang maju
tidak hanya cerdas secara intektual, tetapi juga cerdas secara emosional dan
spritual, sehingga pencapaian atau tolak ukur dari pendidikan itu sendiri,
betul-betul dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, dan mengantarkan para
peserta didik untuk menjadi masyarakat yang taat akan nilai-nilai ideologis
pancasila dengan rasa toleransi yang tinggi, dan memegang erat budaya
ketimuran.
Dengan demikian bahwa pendidikan adalah upaya sadar semua pihak,
dalam rangka mencerdaskan anak bangsa, dan ikut serta dalam cita-cita membangun
peradaban ummat manusia.
Integralisasi Nilai-Nilai Pendidikan
Nilai-nilai pendidikan dalam kehidupan masyarakat, pada kenyataanya
tidak lepas dari empat hal yang bergerak secara simultan, empat hal tersebut
yakni pertama aspek ekonomi sebagai salah satu dasar dari kehidupan
manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan biologis, sehingga peran ekonomi itu
sendiri dalam kehidupan bermasyarakat akan menentukan pada stratifikasi sosial,
sehingga miskin dan kaya menjadi perbedaan yang cukup jauh, baik dari sikap,
pemikiran maupun tingkah laku dalam kesehariannya. Kedua aspek
pendidikan. Pendidikan merupakan upaya sadar bagi setiap manusia untuk
meningkatkan kualitas diri dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan
mengembangkan, serta menggali seluruh potensi yang dimiliki, baik potensi yang
bawaan dari lahiriah maupun potensi yang dikembangkan dalam lingkungan
pendidikan. Ketiga aspek ideologi, beragam pendapat dan pemahaman
mengenai ideologi, hal ini bergantung pada pemahaman dan kapasitas pemikiran
manusia. Secara umum ideologi merupakan pandangan hidup manusia yang kemudian
menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari, sehingga adanya sebuah ideologi
tidak lepas dari pemikiran dan perkembangan manusia dalam menjalani kehidupan
ini. Keempat aspek politik dimana setiap manusia pada hakekatnya adalah
makhluk yang berpolitik zon politicon, secara spesifik bahwa politik
yang dimaksud adalah bahwa manusia harus memiliki strategi hidup dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidupnya dalam sehari-hari, sementara secara umum bahwa
manusia terus berupaya membentuk dirinya sendiri, dengan tujuan meningkatkan
eksistensi diri sebagai pemimpin dimuka bumi ini.
Ekonomi, Pendidikan, Ideologi, dan Politik merupakan sesuatu yang
saling bersinggungan satu sama lain dalam setiap langkah kehidupan manusia,
pada taraf yang paling rendah, manusia hanya berpikir tentang ekonomi saja,
mulai dari bangun tidur sampai tidur kembali tidak lain hanyalah ekonomi yang
menjadi ingatan dalam memori hidupnya, sedikit ditarik keatas lagi yakni
pendidikan, dimana pendidikan menjadi kebutuhan primer untuk meningkatkan
kualitas diri manusia, karena dengan pendidikan pengalaman dan pengetahuan
terhadap segala sesuatu menjadi cita-cita ideal dalam menyempurnakan hidup.
Kemudian ideologi, setiap manusia pada hakekatnya memiliki ideologi
masing-masing sesuai dengan pemahaman dan kapasitas berpikirnya. Ideologi itu
sendiri sebagai pandangan dan pedoman hidup sesuai dengan keyakinan
masing-masing ummat manusia. Dalam konstek ke Indonesia-an, ideologi dasar
dalam hidup berbangsa dan bernegara adalah ideologi Pancasila, dengan konsepsi
Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu, setelah diurai dengan
sedemikian rupa, keyakinan itu dipetakan oleh K.H. Abdurrahman Wahid, panggilan
akrabnya Gus Dur, menjadi lima agama yang di sahkan di negeri ini, lima agama
tersebut, yakni Islam sebagai agama mayoritas, Kristen, Hindu, Budha, dam khonghucu. Kemudian manusia terus
melakukan upaya untuk meningkatkan taraf kehidupannya, dengan tujuan untuk
mencapai eksistensi sebagai kholifah dimuka bumi, disinilah manusia sebagai makhluk
sosial dan makhluk yang berpolitik, dengan cara berkelompok untuk mencapai
suatu tujuan yang dicita-citakan, oleh karena itu konsepsi ilmu sosial dan
politik menjadi suatu kajian dalam berbagai aspek, sehingga politik itu sendiri
diorganisir sebagai salah satu perwakilan aspirasi masyarakat, guna
meningkatkan taraf hidup.
Empat hal diatas pada akhirnya memiliki peran dan fungsi
masing-masing, ekonomi sebagai pemenuhan kebutuhan hidup secara biologis,
pendidikan sebagai wahana menggali dan mengembangkan potensi manusia dalam
rangka meningkatkan kualitas SDM, ideologi sebagai petunjuk dan pedoman bagi
ummat manusia, dan politik dengan tujuan untuk meraih kekuasaan. Semuanya
memiliki nilai dalam kapasitas yang berbeda, sehingga empat hal tersebut bisa
diraih melalui tahapan-tahapan dalam pendidikan dan pembelajaran manusia untuk
meningkatkan kualitas diri. Menurut para ahli dalam definisi nilai, bisa
digambarkan sebagai berikut:
Menurut Ralp Perry “value is any object of any interest”
yang berarti nilai merupakan suatu objek dari suatu minat individu.
Menurut Jhon Dewey “value is any object of social interest” yang berarti sesuatu yang bernilai apabila
disukai dan dibenarkan oleh sekelompok manusia (sosial), dalam hal ini mengacu
pada kesepakatan sosial ( masyarakat, antar manusia, termasuk negara ).
Menurut Sidi Gazalba mengartikan nilai
dengan sesuatu yang bersifat abstrak dan ideal.
Dalam konstruksi nilai ini, pendidikan menjadi salah satu upaya
sadar, yang diyakini keberadaannya untuk meningkatkan taraf hidup manusia,
dengan pendidikan manusia bisa membedakan mana yang baik dan buruk, dengan
pendidikan pula meningkatnya sumber daya manusia (SDM) sebagai salah satu aset
bangsa yang tak tergantikan. Nilai-nilai pendidikan ditengah-tengah kehidupan
masyarakat sesungguhnya sudah mengakar, terlepas apakah hal itu negatif ataupun
positif, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, dan juga ikut serta dalam
pembangunan budaya dalam setiap daerah yang berbeda.
Pesatnya perkembangan pengetahuan dan tekhnologi informasi, sangat
mempengaruhi terhadap perkembangan budaya dewasa ini, di Indonesia, khususnya
di daerah jawa para peneliti memberikan gambaran tradisi masyarakat dalam tiga
kategori, pertama masyarakat yang disebut abangan, kedua
masyarakat yang disebut kaum santri, dan yang ketiga masyarakat yang
disebut kaum priyayi. Masyarakat abangan yang mewakili unsur animistik dan
sinkretisme jawa secara meyeluruh. Masyarakat kaum santri yang menekankan unsur
agama, khususnya Islam yang berkaitan dengan unsur pedagang dan berkaitan
dengan lapisan petani, dan kaum priyayi yang menekankan unsur hinduisme, yang
sangat erat kaitannya dengan masyarakat atas dan dekat dengan birokrasi.
Jika hal-hal diatas dikaitkan dengan perkembangan budaya dalam
suatu masyarakat, maka sesungguhnya tidak lepas dari bentuk pendidikan
keluarga, sebagai peletak dasar dari pembentukan karakter, sehingga
berkembangnya suatu budaya dalam saetiap daerah, saling mempengaruhi satu sama
lain. Nilai-nilai pendidikan dalam keluarga, mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan peserta didik, dimana anak yang lahir secara suci sangat bergantung
kepada kedua orang tuanya untuk memberikan pemahaman dan arahan dalam menjalani
hidup selanjutnya, disamping itu pula pengaruh lingkungan pergaulan antar
manusia juga bisa membentuk kebiasaan-kebiasaan yang dibiasakan, yang kemudian
ditradisikan dengan kesamaan persepsi secara komunal, sehingga hal tersebut
menjadi suatu kebenaran yang dipegang teguh dan dilestarikan secara turun
temurun.
Integralisasi nilai dalam pendidikan, hakekatnya bentuk dari
keseimbangan antara pikiran, hati, dan tindakan. Tiga hal itu diharapkan mampu
berjalan seimbang dan terjadi harmonisasi dalam satu wujud, yang kemudian akan
menuntun diri menuju kebenaran dengan petunjuk Tuhannya. Nilai-nilai pendidikan
itu secara abstrak berkembang dalam diri peserta didik, dan diharapkan mampu ditularkan pada
masyarakat sekitar untuk menciptakan perubahan yang lebih baik, tentu saja
perubahan yang diharapkan adalah kemajuan berpikir, emosional, dan spritual,
sehingga hal itu berjalan secara seimbang dalam diri peserta didik.
Oleh sebab itu integralisasi nilai-nilai pendidikan mencakup tiga
hal yang merupakan kesatuan yang tak terpisahkan, yakni kecerdasan kognitif
yang berkaitan erat dengan perubahan dan perkembangan intelektual peserta
didik, kecerdasan afektif yang berhubungan dengan kondisi psikologis peserta
didik dan membentuk kepribadian yang berakhlaq mulia, sopan santun, rendah
hati, dermawan, suka menolong dan seterusnya. Dan yang terakhir kecerdasan
psikomotorik yang berhubungan dengan skill atau kemampuan peserta didik, cakap
dan terampil sebagai bekal hidup berbangsa dan bernegara.
Pendidikan Sebagai Tiang Pembangunan Peradaban
Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan disegala
bidang, maju dan berkembangnya suatu negara, tidak lepas dari peran dan fungsi
pendidikan yang ikut serta membangun peradaban masyarakat.
Nilai-nilai pendidikan dibangun disuatu bangsa atau negara, semakin
negara memikirkan dan memajukan dunia pendidikan, semakin berkembang pula suatu
negara. Bangsa yang maju dan modern adalah bangsa yang unggul peradabannya.
Peradaban adalah bentuk budaya paling tinggi dalam suatu kelompok masyarakat
yang membedakan secara nyata dari makhluk-makhluk lainnya. Peradaban
mencerminkan kualitas kehidupan manusia dalam masyarakat. Kualitas diukur dari
ketentraman ( human security ), kedamaian ( Peacefull ), keadilan
( Justice ) dan kesejahteraan ( walfare ) yang merata.
Peradaban
itu sendiri merupakan puncak pengembangan pengetahuan manusia yang melekat
dalam kehidupan sehari-hari, dimana suatu peradaban yang berkembang dalam suatu
masyarakat, dibangun atas dasar nilai pendidikan yang berkembang di suatu
Negara. Oleh sebab itu indikator majunya suatu bangsa, bisa dilihat dari maju
atau tidaknya suatu sistem pendidikan dalam sebuah negara, sehingga dengan
nilai-nilai pendidikan tersebut akan di ketahui seberapa tinggi kualitas SDM
dalam suatu negara. Ada banyak fenomena yang menunjukkan bahwa banyaknya
sarjana bahkan pascasarjana yang kemudian menjadi pengangguran intelektual,
akibat dari pengelolaan sistem negara yang tidak seimbang. Misalnya kepadatan
penduduk yang tidak berimbang dengan lapangan pekerjaan, dan pekerjaan yang
tidak berimbang dengan upah, sehingga seringkali terjadi bentrok antara
masyarakat buruh dengan perusahaan, bahkan dengan pemerintah. Disinilah
perlunya untuk terus melakukan evaluasi di segala bidang, baik bidang ekonomi,
pendidikan, ideologi maupun politik, sehingga dari empat hal yang mendasar
tersebut mampu berjalan beriringan dan seimbang satu sama lain.
Peradaban
itu bisa dicapai dengan hasil pendidikan yang bermutu, proses pendidikan yang
bermutu mengacu pada lembaga pendidikan dalam mengintegrasikan,
mendistribusikan, mengelola, dan mendayagunakan sumber-sumber pendidikan secara
optimal, sehingga dapat meningkatkan kemampuan belajar lulusannya.
Berkembangnya
pemikiran dan pendidikan di Eropa Barat telah menyebarluas ke penjuru dunia,
tidak bisa dinafikan di Indonesia budaya Barat itu sendiri juga sudah measuk
dalam sendi-sendi kehidupan masyarakat, seperti yang diintisarikan oleh
Al-Faruqi mengenai permasalahan ummat Muslim secara umum yaitu: “berlawanan
dari pengaruhnya yang luas dan dirasakan dimana-mana, ummat Muslim terus
berlomba dengan waktu untuk bersaing dengan negara-negara lain. Mereka telah meraih
kemajuan yang pesat dalam waktu singkat semenjak mereka meraih kemerdekaan
negara setelah perang dunia ke II. Tapi masalahnya adalah pendidikan mereka.
Untuk menyadarkan mereka tentang identitas asli mereka, budaya dan peradaban
mereka, juga bagaimana meningkatkan kemauan mereka untuk mencapai tujuan dengan
tangan mereka sendiri. Catatan mereka (ummat Muslim) selama dekade terakhir
sering naik turun. Bahkan beberapa di antara mereka sudah sangat terikat dengan
ideologi-ideologi barat.
Kerasnya
budaya Eropa Barat yang kemudian mengikat suatu negara dengan bentuk
Ideologinya, seperti westernisasi, kapitalisme, materialisme, telah mengubah
cara pandang masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim ini. Disinilah kemudian
lemahnya pendidikan kita, untuk bisa bersaing dan memfilter pengaruh budaya
barat yang tidak sesuai dengan konstek ketimuran, khususnya di Indonesia
sendiri, yang masih terus melestarikan budaya ketimuran.
Pendidikan
merupakan sumber utama untuk terus berupaya meningkatkan SDM, melestarikan budaya,
meningkatkan kualitas pengetahuan, dan memberikan konstribusi bagi perubahan
dan perkembangan dalam suatu masyarakat. Lemahnya pendidikan kita, harus diakui
menjadi catatan tersendiri untuk terus mengevaluasi dan memperbaiki diri dari
segala aspek, baik hal-hal yang menyangkut profesionalisme guru, meningkatkan
sarana dan prasarana guna mempermudah proses belajar mengajar, dan berupaya
menyadarkan masyarakat akan pentingnya pendidikan, sebagai salah satu upaya
untuk membangun peradaban. Peradaban tersebut akan terbentuk dengan
pengetahuan, dan proses transformasi pengetahuan ialah dengan pendidikan,
sehingga kematangan berpikir masyarakat akan menciptakan rasa saling
menghargai, membangun kasih sayang antar sesama ummat manusia, dan tentu saja
bersama-sama membangun kesejahteraan ekonomi secara berkesinambungan.
Dengan
demikian integrasi nilai-nilai pendidikan, merupakan kesatuan yang
komprehensif, dimana satu sama lain saling mendukung untuk terciptanya suasana
belajar mengajar yang aman dan nyaman, sehingga peserta didik dengan mudah
memahami pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan intelektual, emosional dan
spritual, sehingga peserta didik akan cerdas secara jasmani, dan cerdas secara
ruhani.
Sumber Rujukan
Amer Al-Roubaie, Globalisasi dan Posisi Peradaban Islam,
Islamia, Edisi 33, Jakarta: Khairul Bayan, 2005
Arif Nazar Nasucha, Beberapa Definisi Nilai Dalam Pendidikan
Nilai, http//manusiapinggiran.blogspot.com, di akses pada 25 Januari 2015
Eka Darma Putera, Integrasi Nilai, http//leimena.org, di
akses pada 25 Januari 2015
Maedi, Hakikat Pendidikan dan Pembangunan Peradaban,
http//maediani.blogspot.com, di akses pada 26 Januari 2015
Teacher Employment dan Deployment World Bank, 2007