Home

Wednesday, April 13, 2016

Kita Hanyalah Anak Pinggiran Yang Lahir Dilereng Gunung

Ada dua jalan dalam kehidupan ini, pertama hidup enak dengan segalan kenikmatan dan kakayaan yang telah diwariskan oleh orang tua, sehingga dipersepsikan oleh orang lain bahwa kita sudah hidup enak, nyaman dan mapan, sementara bagi para pelakunya belum tentu hal semacam demikian enak, nyaman dan mudah. kedua hidup penuh derita alias tidak enak sama sekali, ini juga bagian dari persepsi manusia sesuai dengan situasi dan kondisi yang terlihat oleh pandangan mata, sehingga hal itu menjadi persepsi umum yang diamini oleh kebanyakan orang. Jika hidup ini diibaratkan seorang musafir, maka hakekatnya hidup ini adalah perjalanan manusia yang akan selalu dibenturkan dengan situasi dan kondisi, yang bisa dirasakan secara langsung baik dalam diri sendiri secara internal maupun dalam tatanan masyarakat secara umum.

Kita anak-anak yang lahir di lereng-lereng gunung, secara geografis kehidupannya lebih keras dan penuh dengan derita, baik kekuarangan secara ekonomi, haus akan pengetahuan, arena cita-cita kerapkali harus berbenturan dengan kondisi ekonomi. Namun hal yang prinsip bahwasanya jangan pernah putus memohon pertolongan kepada pemilik hidup ini, karena hakekatnya semua perjalanan hidup manusiaidak pernah  terlepas dari kehendak-Nya.

Hinaan dan cacian adalah bagian-bagian yang tidak terpisahkan, ibarat orang memasak itu semua adalah bumbu-bumbu cinta dari perspektif berbeda, hanya kebuntuan cara berpikir kita yang kemudian hinaan dan cacian itu di anggap sebagai luka mendalam. Secara manusiawi hal itu akan dirasakan sama oleh setiap insan, yang membedakan satu sama lain adalah kapasitas kita untuk menerima dan mengevaluasi apa sebenarnya yang menjadi kekurangan kita, sehingga pembenahan dalam diri bisa terus diperbaiki.

Banyak para tokoh nasional dari latar belakang kehidupannya dalam lingkaran situasi dan kondisi yang sangat tidak enak, seperti Komarudin Hidayat, D. Zawawi Imron, Nur Cholis Madjid, Gus Dur, dan masih banyak lagi yang tidak perlu kami sebutkan satu persatu.

Tokoh-tokoh yang kami sebutkan diatas hanyalah sebagian kecil saja, sebagai ilustrasi bahwa jangan pernah merasa tidak bisa, atau merendahkan diri atas kemampuan yang kita miliki. selama manusia mau berusaha untuk meningkatkan kualitas dirinya, mimpi-mimpi besar yang menjadi tujuan hidup itu pasti suatu saat nanti akan sampai pada pelabuhannya.

Sesungguhnya manusia dicipta sebagai seorang hamba, maka harus tunduk dan patuh kepada Tuhannya. sebagai wakil Tuhan, manusia dicipta untuk menjadi seorang pemimpin bagi kaumnya, serta mampu melanjutkan pembangunan dimuka ini dengan segudang prestasi dan karya untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain. Disinilah manusia juga sebagai makhluk sosial yang membutuhkan terhadap orang lain.

Anak pinggiran cukup identik dengan anak yang lahir dilereng gunung. Anak ingusan, anak dengan perawakan yang amburadul, serta anak-anak yang dididik seadanya oleh orang tua mereka. 
Comments
0 Comments
Designed By Faisol Akhmad