Home

Thursday, February 18, 2016

Jember telah melahirkan Leadeer Perempuan

Jember yang populer dengan kota santri, kota tembakau, dan kota religius memiliki peran yang cukup sognifikan dalam konstek pembangunan berbangsa dan bernegara. Pada 9 Desember 2015 yang lalu, rakyat telah memilih dan menentukan sosok yang akan dijadikan seorang pemimpin yang siap mencurakahkan pikiran, tenaga dan kepentingannya untuk pembangunan kota Jember. Walaupun kemenangan sang ratu Jember sangat mutlak, namun masih banyak hambatan dari penguasa sebelumnya yang mencoba dengan sekuat tenaga untuk menggagalkan sang ratu dr. Faida MMR dan Kyai H. Muqit Arif duduk di singgasana kekuasaan. Dalam sejarah kabupaten Jember, periode sekarang inilah bupati pertama kali dari kaum perempuan yang siap untuk memimpin kabupaten Jember lima tahun mendatang, meskipun Faida MMR sempat diragukan baik dari kalangan tokoh alim ulama, namun kiprah dan perannya yang cukup nyata bagi masyarakat telah mengantarkan pasangan Faida MMR dan Kyai H. Muqit Arif untuk menduduki singgasana kekuasaan. 

Hari rabu, tertanggal 17 Februari 2016, Faida MMR dan H. Abdul Muqit Arif telah resmi dilantik oleh Gubernur Jawa Timur, untuk menjalankan amanah dan tugas-tugasnya sebagai bupati dan wakil bupati Jember. banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi oleh kedua pemimpin Jember yang baru ini. Di samping itu pula, demi membela rakyat, kepentingan masyarakat Jember, serta pembangunan kota Jember kedepan banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dengan cermat dan teliti, sehingga diharapakan mampu memutuskan segala perkara dengan bijak dan tegas.

Faida MMR adalah seorang dokter sekaligus pengelola rumah sakit swasta bina sehat, yang kemajuannya cukup pesat, sementara H.Abdul Muqit Arif adalah seorang alim ulama yang tumbuh dan besar di kecamatan silo, daerah yang cukup terpencil, namun memiliki akses yang luar biasa. H. Abdul Muqit Arif merupakan sosok alim ulama yang mengelola pondok pesantren dan sudah memiliki ratusan santri, serta alumni yang tersebar baik di kabupaten Jember maupun di luar kabupaten Jember. 

kedua pemimpin yang baru ini, sudah sangat terlihat memiliki ruh untuk membawa perubahan bagi kabupaten Jember, dengan slogan yang cukup populer "Jember Baru Jember Bersatu", yang akan di realisasikan sesuai dengan misi yang di janjikan kepada masyarakat Jember, yakni 22 Janji Faida untuk Jember Baru Jember Bersatu. 

22 Janji Faida MMR dan H. Abdul Muqit Arif, tidak lepas dari beberapa aspek yang cukup signifikan, yakni adalah : 

Pertama adalah Aspek ekonomi, tidak bisa kita pungkiri banyak masyarakat Jember masih hidup dibawah garis kemiskinan, yang hanya hidup dengan menjadi buruh perkebunan, buruh tani, pembantu, bahkan harus mencari nafkah ke luar negeri, sebab di daerah sendiri sudah tidak memenuhi kebutuhan yang bersifat sekunder. 

kedua adalah aspek Pendidikan; pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat dan generasi penerus bangsa, realitas masyarakat Jember menunjukkan bahwa ribuan bahkan puluhan ribu masyarakat yang buta huruf, hal tersebut menunjukkan bahwa Angka Buta Huruf di Jember cukup banyak dan tentu saja harus di minimalisir sedemikian rupa. 

ketiga adalah Aspek Kesehatan; kesehatan merupakan hal yang paling urgen di tengah-tengah kehidupan masyarakat, masyarakat Jember yang notabene adalah masyarakat buruh dan masyarakat agraris, serta adanya daerah-daerah perumahan yang sangat dekat dengan perkebunan menunjukkan adanya banyaknya masyarakat yang terserang DBD alias demam berdarah, hingga menyebabkan kematian. di samping itu pula karena faktor ekonomi yang lemah, banyak masyarakat yang tidak mampu berobat, walaupun saat ini sudah ada kartu sehat ataupun BPJS bagi masyarakat, namun hal tersebut tidak berjalan efektif dan efisien. 

Keempat adalah aspek Sosial - Budaya, Masyarakat Jember memiliki ciri khas tersendiri, terutama dalam konstek sosial budaya dan politik, banyak dengungan yang dilontarkan, bahwasanya Jember bisa dijadikan icon atau sentral dari politik nasional. secara umum masyarakat terdiri dari masyarakat Madura yang sudah hidup puluhan tahun, hingga turun-temurun yang hal itu tetap membawa adat atau kebiasaan yang telah di terima sejak dari madura, namun tidak bisa kita pungkiri, bahwasanya di Jember juga banyak masyarakat Jawa yang datang dari jawa tengah maupun jawa barat. Artinya dua masyarakat dari suku yang berbeda ini telah berbaur satu sama lain, yang kemudian terjadi asimilasi, baik dari aspek kepercayaan, ekonomi, pendidikan, maupun kultur yang berkembang di Jember. 

Kelima adalah aspek sosial- keagamaan; mayoritas masyarakat Jember adalah beragama Islam, baik dari kalangan orang madura maupun orang Jawa. Sistem kepercayaan yang menganut Islam sebagai agama dan pedoman hidup inilah yang kemudian menjadikan Jember sebagai kota Religius, Kota Santri, dan Kota Tembakau.  

Dari paparan di Atas mungkin bisa menjadi Refrensi bagi para birokrasi kabupaten Jember, untuk melihat secara langsung situasi dan kondisi masyarakat Jember, "yang masih jauh dari hidup layak", baik dari segi sosial-keagamaan, ekonomi, pendidikan, sosial-budaya maupun yang lainnya. Barangkali analitik dari penulis banyak yang keliru, namun paling tidak, kami sebagai rakyat kecil ikut serta mengawal pemerintahan yang baru ini untuk mencapai visi dan misinya bagi keberlangsungan hidup dan kesejahteraan masyarakat Jember secara umum. 
Read more ...
Designed By Faisol Akhmad