Setiap insan manusia memiliki sistem kepercayaan dan rasa cinta kasih sayang, dan semestinya di bangun setiap saat untuk saling mencintai dan mengasihi terhadap makhluk sesama ciptaan Tuhan yang maha kuasa. cinta hadir di tengah kehidupan kita, bukan lantas tanpa maksud dan makna, dalam setiap rasa terdapat dorongan untuk melakukan kebaikan yang bernilai.
Tuhan tempat seluruh makhluk bergantung kepada-Nya, tidak ada satupun makhluk yang disia-siakan, semuanya memiliki makna dan menfaat ketika kita sering membaca gelagat alam, dengan cinta dan kasih sayang, kehendak Tuhan tercipta yang kemudian berlaku menjadi sistem sikap dalam masing-masing makhluk yang berpikir.
Cinta dan kasih sayang Tuhan kepada seluruh makhluk ciptaannya tidak terbatas oleh jarak, ruang dan waktu, bahkan sampai pada makhluk terkecil kasat mata sekalipun cinta Tuhan tidak akan pernah pudar dengan berbagai bentuknya.
Untuk apa menabur benih-benih kebencian yang dilatarbelakangi oleh kepentingan-kepentingan sesaat. kepentingan yang pada akhirnya akan membunuh diri kita secara perlahan. ketika kita mencintai terhadap sesuatu, maka apapun akan dikorbankan, begitu pula Rosul Muhammad SAW dengan tulus cinta dan kasih sayangnya terhadap kaum Jahiliiyah, Muhammad sang Nabi terakhir harus merelakan di hina, dicaci, difitnah, dikucilkand ari golongannya, tetapi beliau dengan keyakinannya terus bergerak dan berupaya untuk memberikan petunjuk kepada ummatnya.
Pada akhirnya kaum Jahiliyah banyak menyadari dengan apa yang menjadi ajaran Muhammad merupakan perintah langsung dari Tuhannya, sehingga kaum yang suka melecehkan dan memfitnah Muhammad akhirnya berbondong-bondong untuk mengabdi dan siap menebarkan Islam sebagai agama petunjuk dan rahmat bagi seluruh alam semesta.
hidup dan kehidupan ini sudah tercatat dan menjadi skenario Tuhan yang maha kuasa, dengan cinta dan kasih sayang, semua sistem di gerakkan dengan sebagaimana mestinya. Bumi berputar sesuai dengan porosnya, matahari dan bulan juga berputar mengelilingi bumi, bintang-gemintang menjadi petunjuk arah bagi nelayan ketika berda di tengah samudra, begitu pula dengan kehidupan ummat manusia yang sudah memiliki garis dan jalannya masing-masing.