Jember merupakan
kabupaten terbesar ke-3 setelahnya Kabupaten Malang, tentu dinamika politiknya
cukup keras dan tajam, hal tersebut di sampaikan oleh Direktur Indonesian
Crisis Centre (ICC) dalam Fokus Grup Diskusi (FGD) IV di Kantor Harian Memo
Timur, Selasa (08/09), Jam 12.00 WIB.
Menurut Nurdiansyah
Rachman selaku Direktur ICC menyatakan “Para penumpang berwajah gelap itu
membawa misi untuk kepentingan memperkaya diri, dengan cara memperoleh jabatan
yang diinginkan, mengapa demikian? Hal ini kembali lagi berkaitan dengan
dinamika politik Jember dengan konsepsi “tidak ada lawan ataupun kawan abadi,
yang ada adalah kepentingan abadi”.
“Para pejabat Pemda
dengan jajarannya juga diharapkan menjaga
dan melestarikan budaya lokal, hal ini dalam rangka menumbuhkan rasa
kepemilikan dan kecintaan terhadap Negeri ini”. Tandasnya.
FGD IV dengan tema “
Peran Pers Dalam Proses Pembangunan”. Berbagai gagasan dan argumentasi muncul,
dalam diskusi terbatas itu yang hanya dihadiri oleh para Jurnalis di Jember,
Ketua DPRD Jember, Wakil Ketua DPRD Jember, dan Kapolres Jember.
Munculnya pemikiran
mengenai penumpang berwajah gelap, merupakan bentuk ketidakpuasan atas prosesi
dan dinamika politik di Jember yang telah mengantarkan dr. Faida MMR sebagai
orang nomor satu. Faida MMR sebagai bupati dari kaum perempuan tentu kritik dan
hujatan menjadi bagian dari dinamika yang ada, sehingga lawan maupun kawan
diharapkan mampu untuk melakukan rekonsiliasi demi kepentingan pembangunan
Jember yang lebih besar.
Insan Pers juga
diharapkan menjadi corong bagi pembangunan Jember dengan konsep transparansi,
akuntabilitas, dan mampu bersinergi dengan pemerintah Propinsi maupun
Pemerintah Pusat.
Sementara itu menurut
Humas Pemda Jember, Zainal Abidin menyatakan “ Peran Pers dalam proses
pembangunan di Kabupaten Jember, sebagai mitra kerja pemerintah, dan diharapkan
tetap kritis, tajam, akurat dan terpotret sesuai dengan fakta”.
“Diberbagai belahan
daerah di Indonesia, termasuk di Kabupaten Jember salah satunya, telah terjadi
perang asimetris (perang dengan menggunakan pihak ketiga), sehingga
keterlibatan Insan Pers dalam menyajikan data dan fakta tidak sesuai denga apa
yang terjadi di lapangan”. Tandas mantan wartawan senior Drs. Aga Suratno