Fokus Grup Diskusi (FGD) IV yang dilaksanakan di aula Harian Memo Timur, Jum'at (18/03/16) dengan tema "Muatan Lokal, untuk pembangunan Pendidikan Berkarakter Jember" di hadiri oleh praktisi pendidikan, LSM, Guru, Perwakilan dari Perguruan Tinggi Universitas Jember (Unej), Universitas Islam Jember, dan beberapa tokoh masyarakat.
Seperti apa muatan lokal berkarakter Jember? sementara berbicara tentang Pendidikan kompleksitas problem cukup mengakar, dari maana memulai gagasan tersebut untuk di implementasikan dalam dunia pendidika? ini pertanyaan mendasar yang mestinya bisa dijawab dan dilaksanakan oleh semua pihak dalam kesatuan pemahaman yang sama.
Pemerintah dengan kebijakan dan regulasinya, harus memahami betul bagaimana masing-masing lembaga pendidikan yang tidak sama, karena bisa dilihat diari aspek sosio-kultural masyarakat Jember yang campuran (Pandalungan). Ini menjadi menarik ketika berbicara muatan lokal dan penerapannya dimasing-masing instansi yang berbeda.
Bahasa merupakan salah satu ciri khas untuk mengenali budaya masing-masing daerah, begitu pula dengan Kabupaten Jember, dengan penduduknya yang berasal dari Madura dan Jawa Tengah, telah terjadi akulturasi, sehingga ada yang menyebut masyarakat Pandalungan (Campuran).
Direktur Indonesia Crisis Centre (ICC), Nurdiansyah Rachman mengatakan "Tahun 2013 Jember mendapatkan julukan angka buta huruf tertinggi dari 38 kabupaten/kota se-Jawa Timur, tahun 2014 Jember Mendapatkan peringkat Jumlah pengangguran tertinggi dari 38 Kabupaten/kota se-Jawa Timur, dengan total anggaran yang di kucurkan oleh pemerintah daerah melalui Dinas Pendidikan sebesar Rp.549 Milyar, Namun pendidikan masih memiliki problem yang signifikan dan cukup kompleks, Ini indikator problem di dunia pendidikan masih belum bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan masyarakat mendapatkan pendidikan selayaknya.
Masyarakat Jember yang notabene terdiri dari Madura-Jawa, dan sudah hidup berpuluh-puluh tahun, akar budayanya sudah mulai tercerabut dengan mengatasnamakan "Modernisasi", sehingga budaya lokal tidak lagi menjadi perhatian dan kebanggaan bagi masyarakat Jember. Disinilah hakekatnya peran penting dalam pendidikan, terutama berkaitan dengan muatan lokal yang masing-masing mata pelajaran bisa disisipkan mengenai budaya lokal sebagai salah satu strategi untuk memberi pemahaman terhadap peserta didik mengenali lingkungan dan sejarah di alam sekitarnya.
Contoh sederhana, semisal mata pelajaran Bahasa Indonesia yang bisa disipkan cerita rakyat Jember, sebelum dan sesudah terbentuknya daerah yang kemudian di beri nama Jember. dari cerita rakyat Jember, terlepas apakah itu mitos ataupun fakta, bahwa Jember memiliki akar sejarah yang panjang, konon kabarnya Jember memang di pimpin oleh sosok perempuan yang bernama Ratu Jambesari. Ratu tersebut teramat cantik, anggun, dan bijak, sehingga dari sinilah nama Jember di jadikan sebagai nama dari kabupaten ini. untuk cerita selanjutnya bisa anda telusuri dari peninggalan-peninggalan sejarah di Kabupaten Jember.
Kembali lagi pada Muatan Lokal Pendidikan di Jember, tentu ini membutuhkan praktisi pendidikan sebagai konseptor untuk untuk membuat tim perumus dalam rangka mengembangkan muatan lokal berkarakter Jember.