Belum bisa kupastikan,
kapankah aku akan berjumpa dengan engkau kembali, melewati waktu bersama dalam
suka dan duka. Rasa itu sudah tumbuh semakin kuat dan membesar dalam jiwa kita,
walaupun jarak dan waktu membentang luas antara Jember dan Magelang. Apakah
Tuhan sedang menguji hati dan cinta kita? Apakah komitmen dalam hati kita akan
luntur di terpa sang waktu? Ataukah semuanya merupakan skenario Tuhan untuk
mencapai pelaminan yang diharapkan.
Jika engkau adalah
garis jalan hidupku yang tertuang dalam catatan takdir, pasti jalan yang sulit
itu bisa dilalui, dan akan muncul kemudahan-kemudahan yang pada waktunya jiwa
dan hati kita menjadi satu dalam restu bapak dan bundo, yang merupakan
manifestasi restu dari sang Ilahi Robbi.
Jangan pernah merasa
kuwatir, cemas ataupun takut, sebab semuanya telah digariskan dalam sketsa
hidup, Jika engkau takdirku, Maka
Giyanti akan kujadikan Monumen Perjanjian Dua Hati untuk saling mengasihi dan
menyayangi. Puncak Giyanti itulah yang telah menjadi sejarah hidup pertemuan
Aku dan Engkau, dua insan yang saling jatuh hati, Namun
harus terhalang oleh makhluk Durjana yang ku sebut Iblis berwajah manusia.
Surga pasti akan kita
dapatkan dan berada dalam genggaman, walau neraka terus berjanji untuk
menghaibisi cinta kita, Tapi Ingat bahwa kita punya Tuhan yang maha kuasa dan
akan selalu menolong dalam setiap kesulitan itu.
Aku sangat berharap
engkau bersabar menunggu hatiku yang terus berjuang untuk membawamu dalam ruang
kebahagian. Jiwaku sungguh sangat tulus berharap menjadikanmu pendamping hidup
sampai akhir hayatku menjemput. Berdoalah selalu dengan jiwa yang tulus nan
bersih, sehingga rasa dalam jiwa kita menjadi satu dan tak terpisahkan
selamanya, sampai akhir hayat dan sampai menuju kehidupan yang selanjutnya,
yakni kehidupan di alam akhirat.
Duhai rinduku, tak
pernah terbayangkan jiwa kita harus berjarak dalam ruang yang cukup jauh,
tetapi jangan pernah berputus asa, dan selalu berharap dengan doa kepada Tuhan
yang Esa, sebab atas kehendakNya lah, segala sesuatu itu pasti akan terjadi.
Kuasa dan kehendak
Tuhan ada di atas kepentingan dan keinginan kita, tetapi berupaya dengan
sungguh-sungguh dan hati tulus, tentu akan membuahkan hasil yang indah, yakni
kebahagiaan. Kebahagian itu adalah tentramnya hati dan jiwa, ketika hati itu
menjadi sempurna dalam satu wadah, yaitu pernikahan dan rumah tangga sakinah,
mawaddah, dan warohmah.
Aku berjuang dengan
sungguh-sungguh dan penuh kesabaran, berharap mendatangimu dalam situasi yang
indah, walaupun tidak bisa kita pungkiri, masih banyak sisa-sisa persoalan yang
harus di tanggulangi, supaya hal tersebut tidak menjadi beban dalam hati.
Jangan lagi bersedih,
sebab ku berharap kebahagiaan itu tumbuh dalam dirimu, meski hal tersebut harus
tersirami dari cinta dan kasih sayang dalam hatiku. Bersabarlah dengan terus
berdoa, dan jangan menjadikan cinta itu menjadi buta, karena cinta yang buta
cenderung akan menghalalkan segala cara. Aku hanya ingin mencintai, menyayangi,
mengasihi, berbagi dengan tulus dan ikhlas dengan dirimu, sebab engkaulah orang
pertama mengisi kekosongan hatiku, sehingga aku pun tidak mungkin untuk
melupakanmu begitu saja.
Semoga Tuhan menghendaki, aku pun siap menjadi Imam
dunia-akhirat bersamamu, merajut asa, meraih
mimpi, dan melaksanakan kewajiban-kewajiban secara dhogiriyah maupun
bathiniyah, sehingga pondasi bangunan rumah tangga itu kokoh, meski di terpa
badai besar sekalipun.
Duhai cinta dan
rinduku, walau raga harus terpisah cukup jauh, namun jiwa kita tetap satu tak
terpisahkan, walaupun ragamu harus dekat dengan orang lain yang mencoba dan
memaksa masuk ke dalam dirimu, aku yakin jiwamu masih dan akan selalu
bersamaku, sehingga aku sangat berharap Tuhan menghendaki, merestui, dan memberi
jalan kemudahan bagi kita untuk merajut benang halal dalam ruang cinta bernama
pelaminan. Amin ya Robbal Alamin.
Aku tidak akan pernah
menyerah dengan situasi dan kondisi yang terjadi pada waktu itu, meski aku
harus memilih meninggalkan dirimu dengan perasaan berat, karena engkau harus
berkumpul dengan para binatang jalang itu, tetapi aku yakin bahwa engkau mampu
membereskan berbagai problem yang terjadi, dan aku juga sangat yakin, beberapa
orang yang telah menyakiti hati dan perasaanku, mereka tidak akan pernah hidup
tenang sampai akhir hayatnya, kecuali mereka mau mendatangi diriku dan memohon
maaf dengan sangat dan tulus terhadap diriku, hingga aku pun laksana hembusan
angin, berlalu tanpa diketahui makna dan manfaatnya.
Hati-hati engkau yang
disana, karena mereka adalah sekumpulan binatang Jalang, dan haus akan
kehormatan, pengakuan, dan kekuasaan. Jangan pernah tertipu oleh intrik dan
tipu muslihat yakni memainkan peran dengan topeng-topeng kepalsuan. Amati dan
analisa masing-masing kepala yang otaknya berisi kotoran, berbagai cara akan
dilakukan demi memuaskan hawa nafsunya, tanpa mengindahkan hati dan perasaan
orang lain. Kematian hati Nurani telah membelenggu dan menjadikan mereka
laksana binatang buas kelaparan, siap menerkam kapan, dan dimana saja untuk
dijadikan tumbal. Aku tidak akan pernah rela sedikitpun engkau terluka baik
psikis maupun biologis.
(Bersambung)....