Home

Wednesday, August 5, 2015

Konstribusi Pendidikan Dalam Perkembagan Sains Modern




Berkembangnya suatu peradaban manusia, pada hakekatnya tidak lepas dari peran dan fungsi pendidikan sebagai bentuk upaya sadar yang dilakukan oleh manusia untuk menciptakan suatu perubahan yang lebih baik. Perkembangan dan perubahan dalam masyarakat modern saat ini, dengan ditandai pesatnya pengetahuan dan tekhnologi, merupakan hasil kekuatan pikiran ( power mind ) dari orang-orang terdahulu, dimana pertautan informasi telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia.

Sains modern sesungguhnya telah berkembang sejak adanya manusia dimuka bumi ini, karena pada realitasnya perkembangan sains modern telah menciptakan adanya bentuk revolusioner, seperti revolusi keilmuan, revolusi industri, profesionalisai ilmu, interaksi rapat antara ilmu dan tekhnologi dan revolusi-revolusi abad ke 20 dalam ilmu yang saling berkesinambungan yang pada akhirnya tidak hanya mempengaruhi barat itu sendiri, tetapi juga seluruh dunia.

Bentuk revolusi yang terjadi pada belahan dunia ini, jika kita perhatikan secara seksama bahwa yang paling penting dalam revolusi-revolusi ini adalah tekhnologi dan sains. Tekhnologi sejak awal sudah dimulai oleh manusia dimuka bumi ini, karena tekhnologi merupakan bagian dari ilmu praktis dalam menunjang kehidupan manusia, sementara sains itu sendiri dimulai oleh para filosof Yunani sekitar 600 SM. Perkembangan sains itu sendiri, sebagai sesuatu yang tidak berbentuk mengalami perjalanan dan perubahan yang signifikan, sehingga sains itu dalam hal yang aplikatif telah berkembang dan menjadi tekhnologi, sebagai bagian dari sains itu sendiri. 

Sesungguhnya sains berhubungan dengan ide-ide dalam cara-cara yang abstrak, sementara tekhnologi bertujuan memproduksi benda-benda yang dapat digunakan untuk meningkatkan taraf hidup. Dengan kata lain, tekhnologi merupakan aplikasi pengetahuan ilmiah, dan tanpa pemahaman dan penguasaan landasan ilmiah, maka hanya akan memproduksi piranti-piranti tekhnologis melalui imitasi adalah sangat beresiko.[1] Perkembangan sains ini memiliki kompetisi yang luar biasa, dimana antara timur dan barat saling menjustifikasi bahwa perkembangan tersebut sama-sama dilatarbelakangi oleh landasan ilmiah. Perkembangan sains di Yunani dengan diprakarsai para filosof seperti Descartes, Aristoteles, Plato, Galileo dan para ilmuan lainnya, sudah mampu merumuskan teori mengenai ilmu matematika, astronomi, logika, aritmatika, geometri dan lain sebagainya. Rumus keilmuan yang diciptakan oleh bara ilmuan barat tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan masalah-masalah agama, baik yang menolak ataupun yang menegaskannya.

Sementara para ilmuan Islam, seperti Al-Ghazali untuk pertama kalinya, menghancurkan otoritas Aristoteles dan pada saat yang sama menabur bibit-bibit filsafat mekanika, fondasi metafisika untuk sains modern. Al-Ghazali adalah seorang agen yang memfasilitasi kemajuan yang lebih jauh. Sebagai seorang individu ia telah mencapai pertama kalinya antara tahun 1904 dan 1108 hal-hal yang sama seperti apa yang dicapai oleh orang-orang Eropa selama lima abad, yaitu dari akhir abad ke 12 hingga abad ke 17. Dengan demikian ia telah mensimbolisasikan suatu pemikiran yang bernilai pada zaman Renaissance dalam cara yang paling baik, dan alih-alih mengikuti otoritas filsafat, ia menghancurkan ide-ide bid’ah Aristoteles dan Aristotelianisme dalam tiga tahun, yaitu dari tahun 1092 hingga 1095.[2]

Perkembangan sains modern yang di wakili oleh Eropa, sebagai simbol dari kemajuan pengetahuan barat, yang dikembangkan oleh para ilmuan dari Yunani telah memberikan dampak yang cukup signifikan, terlepas apakah hal itu bersifat destruktif atau konstruktif. Sementara simbol kemajuan di Timur, yang diwakili oleh para ilmuan dari dari timur tengah, seperti Al-ghazali, Ibnu Arabi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan para filosof muslim lainnya, tentu memberikan warna yang berbeda. Para ilmuan dari timur meletakkan dasar ilmiahnya tidak hanya dengan kekuatan logika sebagai sumber berpikir, tetapi ada unsur agama yang di percaya sebagai bentuk kebenaran yang hakiki. Unsur pengetahuan, tekhnologi dan agama merupakan kesatuan yang harus diseimbangkan satu sama lain, sehingga akan memberikan corak dan ciri khas tersendiri dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan  modernisasi. Al-Ghazali sebagai seorang pendidik di Madrasah Nizamiyah di Bagdad, sekaligus sebagai seorang ilmuan, ia mampu meruntuhkan konsepsi Aristoteles dengan menciptakan suatu karya yang fenomenal, yakni Tahafut Al Falasifah ( kerancuan para filosof), sehingga Al-Ghazali menjadi salah satu pioner sains modern dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Gambaran diatas hanya sebagian kecil yang menunjukkan bahwa perkembagan sains modern, realitasnya sudah mengglobal, barat dan timur hanya menjadi simbol dari proses perkembagan sains modern yang telah tercatat dalam sejarah pengetahuan ummat manusia. Sains modern telah berkembang diberbagai negara, sehingga produk sains dalam bentuk aplikatif yang berupa tekhnologi menjadi gaya baru dalam meningkatkan taraf hidup manusia, pengetahuan dan tekhnologi merupakan dua hal yang berbeda, namun keduanya telah melekat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga perkembangannya pun senantiasa bergerak secara continuitas.

Konstribusi Pendidikan Terhadap Perkembagan Sains Modern

Pada era modern arus perkembangan sains dan tekhnologi, seakan tidak bisa dibendung lagi, terlepas apakah hal itu destruktif maupun konstruktif, tetapi memang keduanya memiliki sisi kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Pesatnya pengetahuan dan tekhnologi juga memiliki dampak yang besar bagi keberlangsungan kehidupan manusia. Salah satu hal yang sangat penting dalam perkembangan sains dan tekhnologi, adanya pergeseran sikap, bahkan perubahan itu menyangkut perubahan budaya dalam setiap daerah. Dalam konsteks saat ini sains menjadi suatu disiplin pengetahuan yang terus dikaji dan diperbaiki dari berbagai aspek, sehingga proses dari sains itu sendiri menjadi langkah konstruktif dalam membangun peradaban ummat manusia.

Pada hakekatnya kekuatan manusia, terletak pada kekuatan berpikir ( power of mind ), munculnya sains modern merupakan catatan dari para ilmuan terdahulu, baik para ilmuan yang lahir di eropa, maupun dari timur tengah. Pikiran, hati, dan tindakan merupakan integralisasi dari pencapaian suatu konsep, sehingga perkembangan sains barat yang murni lahir dari logika manusia, dan sains yang diprakarsai oleh tokoh muslim melibatkan unsur-unsur teologis yang memiliki keterkaitan dengan agama, sehingga keduanya memiliki perbedaan yang cukup tajam.

Thomas Kuhn menggambarkan sains dalam instilah yang lebih bernuansa, sseperti paradigma-paradigma yang saling bersaing atau sistem konseptual dalam matrik yang lebih luas dan mencakup tema intelektual, budaya, ekonomi, dan politik.[3] Sains adalah sekumpulan pengetahuan empiris, teoritis dan pengetahuan praktis dengan dunia alam, yang dihasilkan oleh para ilmuan dan menekankan pada pengamatan, penjelasan dan prediksi dari fenomena dunia nyata. Munculnya sains modern kembali di telusuri pada periode awal yang dikenal sebagai revolusi ilmiah yang terjadao pada abad ke 16 dan ke 17 di Eropa.

Mgningat perjalanan perkembangan sains modern yang cukup panjang, pertautan dan gesekan dari pengetahuan antara barat dan timur telah memberikan warna tersendiri dalam perkembangan sains itu sendiri. Seperti lembaga-lembaga pendidikan Islam yang telah didirikan jauh sebelum Eropa bangkit, dalam bentuk madrasah sebagai pendahulu lahirnya Universitas di Eropa.[4]

Sejatinya peran dan fungsi manusia tidak lepas dari dua hal yang saling bersinggungan, pertama rasionalitas yang menekankan pada kekuatan pemikiran sebagai sebuah kebenaran, dan kedua empirisme yang menekankan terhadap pengalaman. Dua aliran ini menjadi fondasi bagi para ilmuan untuk mengembangkan sains modern. Disamping itu pula pendidikan sebagai sarana tranformasi keilmuan juga memiliki peran yang cukup signifikan dalam perkembangan sains. Pendidikan itu sendiri sebagai bentuk aplikatif dari dunia sains yang bersifat abstrak, telah melakukan upaya eksperimental dalam konstek pengembangan pengetahuan, sains, dan tekhnologi.

Menurut Mehdi Nakosteen yang dikutip oleh M. Yusuf Abdurrahman dalam bukunya, cara berlajar ilmuan-ilmuan muslim pencetus sains-sains modern, di antara beberapa konstribusi ilmuan muslim bagi dunia barat, bahkan sains modern, terdapat dalam ragam bidang, antara lain bidang astrinomi, kimia, ilmu hayat, kedokteran, sosiologi, filsafat, sastra, arsitektur, seni rupan dan musik. Dalam bidang ilmu fisika ada nama Ibnu Al Nafis pada abad ke 13, seorang fisikawan asal Kairo yang menemukan sirkulasi paru-paru, sementara insinyur Andalusia Abbas bin Firnas telah menemukan teori penerbangan dan diyakini telah melakukan percobaan penerbangan yang sukses, sedangkan di Irak, Jabir bin Hayyan adalah peletak dasar ilmu-ilmu kimia sekitar 900 tahun sebelum boyle.[5]

Konstribusi ilmuan muslim terhadap perkembangan sains modern, sesungguhnya begitu banyak, namun banyak sejarah yang dikubur hidup-hidup dan hanya sebagian kecil dari para ilmuan yang muncul kepermukaan, bahkan ketika para ilmuan Barat di saat masa kegelepan, dimana kebuntuan berpikir terjadi secara besar-besaran, justru ilmuan muslim berupaya untuk mengembangkan sains modern di saat itu sekitar abad ke 13 dan 14. Oleh karenanya perkembangan sains modern tidak lepas dari peran para ilmuan muslim sebagai peletak dasar dari perkembangan ilmu pengetahuan.

Hasil dari penerjemahan karya-karya ilmuan muslim memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kurikulum Eropa Barat secara revolusioner, terutama dibidang matematika, kedokteran, astronomi, filologi, ilmu kimia, geografi, musik, teologi, dan filsafat. Tranformasi tersebut menumbuhkan universitas-universitas Eropa pada abad ke 13 dan 14.[6]

Dalam konstek ini konstribusi para ilmuan muslim dalam mengembangkan kurikulum pendidikan di Eropa Barat sangat besar pengaruhnya, sehingga catatan sejarah telah membuktikan bahwa penemuan dari para ilmuan muslim telah membawa zaman pencerahan  ( renaissance ) dan telah membuka seluas-luasnya bagi perkembagan sains modern di Eropa Barat.

Pendidikan sebagai salah satu disiplin keilmuan dan sarana untuk melakukan proses transformasi pengetahuan menjadi salah satu tolak ukur bagi berkembangnya sebuah peradaban. Karena dengan sains modern sebagai sebuah gambaran abstrak, dengan kata lain bentuknya dalam perkembangan tekhnologi saat ini, tidak lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup ummat manusia, dengan konsepsi keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrowi.

Sumber Rujukan

Cemil Akdogan, Asal-Usul Sains Modern dan Kontribusi Muslim, Majalah Islamia, Edisi 33, Jakarta: Khairul Bayan, 2005
http//wikipedia.org, Sejarah Sains, Di akses pada 23 Januari 2015
http//muhfathurrahman.wordpress.com, di akses pada 23 Januari 2015
http//kompasiana.com, konstribusi ilmuan muslim dalam perkembangan sains modern, di akses pada 24 januari 2015
M. Khusna Amal, Agama, Negara, Masyarakat Sipil (sebuah pemetaan dan analisis teoritik) Jember: Stainpress, 2014


[1] Cemil Akdogan, Asal-Usul Sains Modern dan Kontribusi Muslim, Majalah Islamia, Edisi 33, Jakarta: Khairul Bayan, 2005, Hal.94
[2] Ibid, hal 95
[3] http//wikipedia.org, Sejarah Sains, Di akses pada 23 Januari 2015
[4] http//muhfathurrahman.wordpress.com, di akses pada 23 Januari 2015
[5] http//kompasiana.com, konstribusi ilmuan muslim dalam perkembangan sains modern, di akses pada 24 januari 2015
[6] M. Khusna Amal, Agama, Negara, Masyarakat Sipil (sebuah pemetaan dan analisis teoritik) Jember: Stainpress, 2014, hal 6
Comments
0 Comments
Designed By Faisol Akhmad