Home

Sunday, August 16, 2015

Konsep Pendidikan Multikultural Di Era Modernisasi



Dasar Pemikiran

Masuknya era globalisasi yang ditandai dengan pesatnya pengetahuan dan canggihnya tekhnologi memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan pola berfikir masyarakat, sekaligus dengan tingkah lakunya. Pengetahuan dan tekhnologi merupakan dua hal yang berbeda, namun saling berkaitan satu sama lain. Pengetahuan merupakan jalan bagi seseorang untuk merubah hidup, begitu pula dengan tekhnologi, adalah salah satu jalan atau sebagai media untuk memperoleh pengetahuan itu sendiri.

Pergeseran tradisi dan tumbuh kembangnya budaya dengan pesat, merupakan cermin bahwa masyarakat Indonesia, adalah masyarakat yang satu sisi memiliki kesamaan, namun pada sisi yang lain memiliki banyak perbedaan. Perbedaan bahasa, adat, suku, ras, dan keyakinan, merupakan salah satu kekayaan bangsa ini yang patut untuk dibanggakan. Tetapi tidak jarang pula, bahwa adanya perbedaan tersebut menjadi jurang pemisah dan konflik yang berkepanjangan. Penindasan dari kaum mayoritas terhadap kaum minoritas masih seringkali terjadi, dan hal itu menyebabkan keprihatinan semua pihak. 

Pendidikan itu sendiri merupakan wahana untuk memberikan kesadaran terhadap peserta didik, bahwasanya masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk. Masyarakat yang memikili keragaman budaya, keyakinan, bahasa, ras, dan suku. Oleh karenanya kemajemukan bangsa ini juga menuntut adanya pendidikan multikultural, dalam rangka mengantisipasi terjadinya konflik tajam diantara perbedaan yang sudah ada.

Pendidikan multikultural sebagai pendidikan atau tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan demografi dan kultur lingkungan masyarakat tertentu, bahkan dunia secara keseluruhan. Dengan demikian nantinya diharapkan dapat menumbuhkan sikap dan nilai penting bagi harmoni sosial dan perdamaian.[1]

Dalam konstek ini pendidikan multikultural dipandang sebagai pendidikan progresif dalam melakukan transformasi pendidikan secara komprehensif yang membognkar segala kekurangan dan kegagalan, serta terdapatnya praktek-praktek diskriminatif dalam proses pendidikan.[2]
 
Keragaman budaya, etnik, ras, bahasa, agama merupakan tuntutan bagi pendidikan itu sendiri, sebagai bentuk rasa toleransi dan menjunjung nilai-nilai kemajemukan yang berkembang di negeri ini.

Konsepsi Pendidikan Multikultural

Adanya konsepsi mengenai pendidikan multikultural, sesungguhnyan tidak terlepas dari kondisi masyarakat Indonesia yang cukup majemuk dan daerah yang berpulau-pulau. Pendidikan multikultural sendiri merupakan konsep dasar dari sebuh perbedaan dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga dengan adanya pendidikan multikultural, diyakini mampu memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi peserta didik untuk mengembangkan seluruh potensinya, walaupun hal itu dilatar belakangi oleh kondisi yang berbeda.

Dalam Konsepsi H.A.R. Tilaar, pendidikan multikultural tidak lepas dari keseluruhan dinamika budaya suatu masyarakat. Oleh sebab itu tinjauan studi kultural haruslah diadakan melalui lintas batas ( Border Crossing ) yang melangkahi batas-batas pemisah tradisional dari disiplin-disiplin dunia akademik yang kaku, sehingga pendidikan multikultural tidak terikat pada horison sempit yang hanya melihat pendidikan di sekolah ( School Education ) dan proses pendidikan tidak melebihi sebagai proses transmisi atau reproduksi ilmu pengetahuan kepada generasi yang akan datang.[3]
 
Lebih jauh lagi pendidikan multikultural memiliki perubahan yang darastis, disebabkan oleh pergeseran nilai dan budaya dalam suatu masyarakat. Dengan pendidikan multikultural merupakan bentuk transformasi pengetahuan tidak hanya sebatas disekolah saja, akan tetapi perubahan dan perkembangan budaya dalam suatu masyarakat menjadi daya tarik tersendiri untuk dianalisa. 

Perkembangan dan perubahan dalam konstek sosial-budaya, tidak terlepas dari pengetahuan dan pesatnya perkembangan tekhnologi, sehingga dengan mudahnya akses tekhnologi, menjadikan proses asimilasi antar budaya semakin mempererat hubungan proses kebudayaan dan perubahan itu sendiri.
Sementara itu pendidikan multikultural adalah pendidikan yang memperhatikan secara sungguh-sungguh terhadap latar belakang peserta didik baik dari aspek keragaman suku, etnik, ras, budaya, bahasa, dan agama.[4]

Konsepsi dari pendidikan multikultural, pada hakekatnya bergerak dari kondisi masyarakat yang cukup beragam. Keberagaman dalam suatu masyarakat adalah bentuk akan kekayaan tradisi yang berkembang di Indonesia, sehingga perbedaan tradisi yang konvensional tersebut dijadikan bahan untuk dilakukan penelitian, sehingga memunculkan pemikiran baru yang bisa diterima didalam masyarakat.

Apa yang kemudian menjadi faktor yang cukup krusial, sehingga pendidikan di Indonesia secara umum mengalami kebuntuan dalam mencetak insan-insan yang mengarah pada manusia yang paripurna? Tentu saja hal ini tidak lepas dari sistem yang digunakan dalam pendidikan. Sistem yang digunakan dalam pendidikan yang ada dinegara ini masih bersifat banking dan tidak mampu memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas peserta didik untuk mengekplorasi potensinya secara totalitas, sehingga hal ini menjadi PR kita bersama untuk menjadikan pendidikan kita lebih bermutu, lebih bermartabat, dan mampu menjadi harapan bagi masyarakat luas.[5]

Prinsip dari pendidikan multikultural itu sendiri, melihat seluruh aspek secara komprehensif, mulai dari sistem pendidikan, visi dan misi, latar belakang peserta didik, serta perubahan dan perkembangan tradisi yang melingkupi pendidikan  itu sendiri, sehingga dari situlah akan selalu muncul evaluasi dan introspeksi dari pergerakan pendidikan, menuju kualitas pendidikan yang menjadi harapan masyarakat luas.

Pendidikan Di Era Modernisasi 

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi, hakekatnya tidak lepas dari peran dan fungsi pendidikan yang telah berupaya menggali potensi seluruh peserta didik secara maksimal. Pengetahuan sangat besar perannya dalam kehidupan ummat manusia, sehingga nabi Muhammad Saw bersabda yang artinya : barang siapa yang menginginkan kebahagiaan di dunia, maka carilah ilmu pengetahuan, dan barang siapa menginginkan kebahagiaan di akhirat, maka carilah ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan umum maupun ilmu agama. ( H.R. Al-Bukhori dan Muslim)

Pentingnya pengetahuan bagi keberlangsungan kehidupan manusia, sesungguhnya adalah bentuk dari keinginan makhluk yang berpikir. Manusia dengan potensi akal untuk berpikir, dan potensi spritual untuk menyelami sesuatu yang akan datang, adalah sebuah karunia yang diperuntukkan oleh Tuhan alam semesta terhadap manusia. Di era modernisasi ini yang ditandai dengan pesatnya pengetahuan dan berkembangya tekhnologi telah memberikan dampak yang luas bagi kehidupan manusia. Salah satu dampak yang muncul kepermukaan, adalah dua hal yang selalu berdampingan, yakni positif dan negatif. Dampak positif dari modernisasi, semakin mudah bagi manusia untuk mengembangkan pengetahuan, dan juga dalam rangka merubah pola berpikir ke arah yang lebih maju, sehingga dengan adanya modernitas inilah jangkauan manusia untuk menggali pengetahuan lebih mudah lagi. Sementara itu dampak negatif dari tekhnologi, yaitu penyalahgunaan tekhnologi yang telah merusak kaum muda yang “tidak” memiliki prinsip, sehingga hal itu akan merubah pola berpikir dan tingkah lakunya, kerena pada hakekatnya modernisasi yang dianut untuk menghadapi masa kini dan masa yang akan datang.

Sedangkan menurut Cak Nur, panggilan akrab dari Nurkholis Madjid, modernisasi dimaknai sebagai rasionalisasi, bukan westernisasi, yaitu proses perombakan pola berpikir dan tata kerja lama yang tidak rasional, dan menggantinya dengan pola berpikir dan tata kerja baru yang rasional. Jadi rasionalitas adalah modernitas.[6]
 
Kemampuan rasionalitas manusia, sebagai bentuk dari pergeseran berpikir dari yang tidak rasional menuju pada rasionalitas, sangat memungkinkan bagi manusia untuk terus menciptakan suatu perubahan. Perubahan tersebut telah membentuk pola berpikir yang kemudian di implementasikan terhadap realitas kehidupan sehari-hari. Sementara itu dalam dunia pendidikan, modernitas sangatlah perlu adanya, sebab tuntutan zaman, akan perubahan dari waktu ke waktu, menjadi kebutuhan yang sangat vital, dalam rangka menggapai kemajuan itu sendiri.

Oleh karenanya modernisasi adalah proses pergeseran sikap dan mentalitas yang merujuk pada sebuah bentuk transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik, pada sisi yang lain diungkapkan pula bahwa modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengertahuan dan tekhnologi yang berkembang saat ini, yang hasilnya bisa dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, dari kota metropolitan hingga sampai kedesa-desa terpencil.[7]

Pendidikan di era modern menjadi sebuah gambaran, akan pentingnya perubahan, melirik terhadap perkembangan pengetahuan dan tekhnologi, sebab dua hal tersebut, sudah menjadi keharusan, baik bagi pemerintah, pendidik, dan masyarakat (stakeholder) untuk bersama-sama menjadikan modernisasi sebagai salah satu bentuk yang menuntut terhadap kemajuan dalam pendidikan itu sendiri. Karena pada hakekatnya modernisasi itu sendiri, dipandang sebagai sebuah upaya implementasi pemikiran dalam konstek pendidikan yang lebih maju.

Pendidikan telah mengantarkan peserta didik, pada kemajuan berpikir, kematangan sikap, serta berupaya membentuk akhlaq mulia. Dengan pendidikan pula proses transformasi pengetahuan dan penerapan tekhnologi yang telah diajarkan selama proses belajar mengajar, telah menjadikan pendidikan sebagai ujung tombak dari perubahan itu sendiri, disamping itu pula pendidikan telah menjadikan sebuah budaya ikut berkembang sesuai dengan tuntutan zaman.

Sesungguhnya budaya adalah model dari ilmu pengetahuan manusia, kepercayaan dan pola tingkah laku yang satu, budaya kemudian dilihat dari aspek-aspek dari segi bahasa, ide, keyakinan, adat-istiadat, kode moral, institusi, tekhnologi, seni ritual, upacara-upacara dan komponen-komponen lainnya yang saling berkaitan. Perkembangan budaya tergantung terhadap kapasitas manusia untuk terus mempelajari budaya itu dan mentranformasikan ilmu pengetahuan mereka kepada generasi berikutnya.[8]

Oleh karenanya perkembangan dan perubahan dari suatu budaya pada era modernitas ini, akan selalu berkaitan dengan pendidikan. Pendidikan sebagai wahana proses transformasi pengetahuan terhadap peserta didik akan menjadikan kapasitas SDM lebih maju dan berkembang.

Pendidikan itu sendiri akan selalu bergesekan dengan budaya global, dimana asimilasi budaya kerapkali mewarnai corak pendidikan kita. Dalam konstek budaya, ada dua hal besar yang saling mempengaruhi, yakni budaya tidur dan juga budaya barat. Satu sisi budaya barat telah mempengaruhi budaya ketimuran, namun pada sisi yang lain berkembangnya dan dilestarikannya budaya ketimuran juga memiliki pengaruh yang kuat terhadap perkembangan budaya barat.

Dengan pesatnya pengetahuan dan tekhnologi, maka seakan kedua budaya tersebut saling berbaur satu sama lain, sebab dengan canggihnya tekhnologi seakan dunia sudah tanpa ada batas. Keduanya seakan telah melebur yang kemudian memberikan corak warna tersendiri. Akan tetapi perlu untuk digaris bawahi, bahwasanya adat ketimuran masih memiliki nilai-nilai yang kental dan syarat akan patuhnya terhadap agama dan keyakinan, sebagai sumber dan pedoman dalam menjalankan kehidupan.

Nilai-nilai agama dan keyakinan dalam tradisi ketimuran, masih dipegang teguh oleh para penganutnya, sehingga masuknya westernisasi, khususnya dalam kalangan kaum muda, sedikit banyak masih mampu ditanggulangi, walaupun ada sebagian yang sudah menganut budaya kebarat-baratan.

Dengan demikian pendidikan di era modern merupakan wahana untuk menjadi kontrol yang kuat terhadap peserta didik, dengan cara mengajarkan nilai-nilai ketimuran yang baik, dan mengambil nilai-nilai budaya barat yang lebih baik, sehingga sistem dari sebuah pendidikan menjadi harapan bagi seluruh lapisan masyarakat, guna menuntun para peserta didik untuk memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan spritual. Integrasi nilai inilah yang harus ditanamkan terhadap peserta didik dalam rangka mengembangkan dan mengarahkan seluruh potensinya, menjadi keharusan bagi tenaga kependidikan, sehingga tercipta keseimbangan dan keharmonisan antara kepentingan duniawi dan ukhrowi.



Sumber Rujukan

Azyumardi Azra, dalam “prolog urgensi pendidikan multikultural” cerita sukses pendidikan multikultural di Indonesia, Jakarta : CRSM Uin Syahid Jakarta, 2010

Prof. Dr. Amer Al Roubaie, Globalisasi dan Posisi Peradaban Islam, Majalah Islamia, Edisi 33, Jakarta: diterbitkan oleh Institute For The Study Of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) dan Khairul Bayan, 2005

Faisol, Gus Dur dan Pendidikan Islam, Upaya Mengembalikan Esensi Pendidikan di era Global, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011

H.A.R. Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan, Suatu Tinjauan Dari Perspektif Kultural, Jakarta: Indonesia Tera, 2003

Hamdilahversache.blogspot.com, Melihat Konsep Dasar Pendidikan Multikultural, diakses pada 14 Januari 2015

Irwanharyono.com, Dampak Modernisasi Terhadap Dunia Pendidikan, diakses pada 16 Januari 2015

Melani Budianta, Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural : Sebuah Gambaran Umum, dalam Burhanudin (ed). Mencari akar kultural Civiel Society di Indonesia, Jakarta : Indonesia For Institute For Civil Society, 2003

Mankhotib.blogspot.com, di akses pada 16 Januari 2015



[1] Azyumardi Azra, dalam “prolog urgensi pendidikan multikultural” cerita sukses pendidikan multikultural di Indonesia, Jakarta : CRSM Uin Syahid Jakarta, 2010, Hal. XVIII
[2] Melani Budianta, Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural : Sebuah Gambaran Umum, dalam Burhanudin (ed). Mencari akar kultural Civiel Society di Indonesia, Jakarta : Indonesia For Institute For Civil Society, 2003, hal. 103
[3] H.A.R. Tilaar, Kekuasaan dan Pendidikan, Suatu Tinjauan Dari Perspektif Kultural, Jakarta: Indonesia Tera, 2003, Hal. 202
[4] Hamdilahversache.blogspot.com, Melihat Konsep Dasar Pendidikan Multikultural, diakses pada 14 Januari 2015
[5] Faisol, Gus Dur dan Pendidikan Islam, Upaya Mengembalikan Esensi Pendidikan di era Global, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, hal. 14
[6] Mankhotib.blogspot.com, di akses pada 16 Januari 2015
[7] Irwanharyono.com, Dampak Modernisasi Terhadap Dunia Pendidikan, diakses pada 16 Januari 2015
[8] Prof. Dr. Amer Al Roubaie, Globalisasi dan Posisi Peradaban Islam, Majalah Islamia, Edisi 33, Jakarta: diterbitkan oleh Institute For The Study Of Islamic Thought and Civilization (INSISTS) dan Khairul Bayan, 2005, Hal. 13
Comments
0 Comments
Designed By Faisol Akhmad