Home

Sunday, August 16, 2015

Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan ( Menelisik Sebab-Akibat Terjadinya Kekerasan Oleh Para Oknum Dalam Dunia Pendidikan )



Pendidikan sebagai salah satu tiang untuk membangun sebuah peradaban, seringkali muncul persoalan yang cukup memprihatinkan, salah satunya seringkali terjadi kekerasan dalam dunia pendidikan, baik yang dilakukan oleh peserta didik dengan peserta didik lainnya, guru dengan peserta didiknya, guru dengan kepala sekolah, bahkan pelaksana pendidikan dengan masyarakat (stakeholder). Apa sebetulnya yang terjadi? Dan kenapa pula seringkali terjadi kekerasan yang kadangkala dipicu oleh hal sepele? Dan mengapa kekerasan tersebut terkesan sudah menjadi kebiasaan? Seyogianya pendidikan dengan konsep humanis, pluralis, multikultur, dan inklusivisme diharapkan mengantarkan peserta didiknya memilki kecerdasan yang berimbang, yakni integralisasi pemikiran, hati, dan tindakan, namun hal itu hanya menjadi wacana teoritis, dan sangat minim dalam bentuk aplikatif.

Tawuran antar sesama pelajar, bahkan antar sekolah, kekerasan seksual, dan masih banyak perilaku yang menyimpang lainnya, menjadikan institusi pendidikan itu sendiri menjadi tercoreng dimata masyarakat, apakah hal itu merupakan dampak dari modernisasi dan globalisasi atau memang, pendidikan sudah “tidak mampu” mengarahkan, mengontrol, menggali, mengembangkan potensi peserta didik menjadi kekuatan dalam ritme persaingan global, sehingga harapan masyarakat akan terwujudnya suatu perubahan yang positif dalam dunia pendidikan menjadi sumbu pemikiran yang akan menyala dan bermanfaat dalam lapisan masyarakat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh UNICEF (2006) dibeberapa daerah di Indonesia menunjukkan ada sekitar 80% kekerasan terjadi pada siswa yang dilakukan oleh oknum guru. Belakangan ini diketahui seorang guru yang melakukan kekerasan pada siswanya, sehingga siswa tersebut harus dirawat di rumah sakit, contoh yang merebak mengenai kekerasan pada siswanya adalah kasus IPDN, ini tentu sangat mengejutkan bagi kita. Kita tahu bahwa sekolah merupakan tempat untuk menimba ilmu pengetahuan dan seharusnya menjadi tempat yang aman bagi siswa, namun ternyata dibeberapa daerah kekerasan tersebut seringkali terjadi dan dilakukan oleh oknum guru, antar sesama siswa dan lain sebagainya.[1]

Ada problem mendasar, mengapa kekerasan itu acapkali terjadi dalam dunia pendidika? Dan kenapa pula kekerasan yang sering dilakukan oleh oknum guru yang berdampak pada fisik dan psikis siswa itu sendiri, disinilah problem yang harus dicari akarnya dan bersama-sama untuk dipecahkan, sehingga nantinya akan ada bentuk solutif sebagai salah satu alternatif untuk meminimalisir kekerasan yang seringkali terjadi dalam dunia pendidikan kita saat ini. Oleh karena itu perlunya sistem pendidikan yang komprehensif dan menyentuh afektif siswa maupun guru, guna membentuk harmonisasi dalam proses belajar mengajar.

Disinilah seharusnya kekuatan sistem pendidikan bergerak dengan harmonis dengan diimbangi manajemen sekolah, profesionalitas seorang guru, sarana dan prasarana yang memadai, serta standarisasi dari suatu lembaga pendidikan menjadi acuan dalam setiap pembelajaran.

Kekerasan Dalam Dunia Pendidikan

Sesuatu yang paling memprihatinkan dalam dunia pendidikan, yakni adalah terjadinya kekerasan, dimana sekolah tidak lagi menjadi tempat yang nyaman bagi siswa untuk menimba pengetahuan. Ketidaknyaman tersebut menjadi budak pembodohan bagi peserta didik untuk menggali dan mengembangkan postensinya.

Pendidikan yang seharusnya menjadi tempat yang sejuk, penuh keramahan, dan terciptanya suasana saling menghargai satu sama lain, justru harus tercoreng oleh ulah segelintir orang, terlepas apakah itu dilakukan oleh oknum guru, oknum peserta didik, ataupun  kepala sekolah yang memberi kebijakan yang tidak memihak bagi keberlangsungan suatu pendidikan.

Secara garis besar ada dua hal kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan, pertama kekerasan fisik yang mempengaruhi terhadap psikis. Kedua, kekerasan psikis yang mempengaruhi fisik.
Pertama : kekerasan fisik yang mempengaruhi psikis.

Kekerasan fisik juga kerapkali terjadi dalam dunia pendidikan, oknum guru acapkali memakai tangan panjang untuk menyelesaikan persoalan, tidak bisa kita pungkiri kekerasan fisik yang terjadi terhadap peserta didik sebagai salah satu korban, bahkan sampai ada yang dilarikan kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang intensif, sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan psikis dari peserta didik. Kekerasan fisik yang terjadi akan mempengaruhi psikis dari peserta didik, sehingga peserta didik akan mengalami trauma, dendam, bahkan ada ketakutan yang luar biasa, akibat kekerasan fisik yang dilakukan oleh oknum guru. Kekerasan fisik ini memang cukup beragam yang dilakukan oleh para oknum, mulai dari kekerasan yang sifatnya rendah, sedang, bahkan kekerasan yang cukup parah. Mungkin saja kekerasan yang sifatnya rendah masih bisa ditolerir dengan catatan tidak dilakukan secara berualang-ulang.

Terjadinya kekerasan fisik yang dilakukan oleh para oknum guru, tentu ada problem yang melatarbelakanginya, apakah peserta didik sangat nakal, susah diatur, bahkan karena peserta didik tidak memiliki akhlag yang membuat geram dari seorang guru. Dalam dunia pendidikan memang harus ada yang namanya hukuman, namun hukuman tersebut harus diimbangi dengan imbalan atau hadiah bagi peserta didik. Dalam hal hukuman dan hadiah tersebut dalam batas-batas kewajaran, yakni di sesuaikan dengan kapasitas kesalahan itu sendiri.

Dengan demikian kekerasan fisik apapun bentuknya akan mempengaruhi psikis dari peserta didik, sehingga para guru juga harus berhati-hati dalam membimbing dan membina peserta didiknya, sehingga akan tercipta suasana yang harmonis antara pendidik dan peserta didik, dan akan tercipta suasana pembelajaran yang menyenangkan dalam dunia pendidikan itu sendiri.

Kedua: kekerasan psikis yang mempengaruhi fisik

Menjaga dan membina psikis dari peserta didik sangatlah penting adanya. Psikologi menjadi disiplin keilmuan dan menjadi kajian yang terus menerus dilakukan oleh para ilmuan, tentu tidak lepas dari suatu pengamatan akan perilaku manusia. Dalam dunia pendidikan khususnya, psikis dari peserta didik juga sangat beragam, dikarenakan dilatarbelakangi oleh situasi dan kondisi keluarganya, maka tidak heran kalau kemudian bahwa pendidikan yang mendasar bagi seorang anak adalah pendidikan dalam keluarga itu sendiri, sementara lembaga pendidikan hanya melanjutkan untuk menggali dan mengembangkan potensi peserta didik yang secara lahiriah sudah ada dalam diri masing-masing peserta didik itu sendiri.

Ada banyak hal kekerasan psikis yang dilakukan oleh para oknum, dan yang paling tidak manusiawi, adalah pelecehan seksual yang merupakan kekerasan bersifat tidak bermoral atau biadab, kekerasan dalam bentuk seksual ini merupakan bentuk kekerasan psikis yang sangat mempengaruhi kehidupan peserta didik dimasa yang akan datang. Disinilah bentuk peristiwa yang tersimpan dalam memori peserta didik akan terjadinya kekerasan fisik, sekaligus kekerasan psikis yang pengaruhnya akan manjadi catatan sepanjang hidup.

Kekerasan seperti yang digambarkan diatas, satu sisi mencoreng nama baik institusi pendidikan, sementara pada sisi yang lain terjadi pembunuhan masa depan cemerlang dari peserta didik itu sendiri. Oleh karena itu seluruh komponen baik itu pemerintah, guru sebagai pelaksana roda pendidikan, dan masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Karena peserta didik merupakan aset bangsa yang paling berharga. Maju atau mudurnya suatu negara tidak terlepas dari peran dan fungsi, serta mutu dari pendidikan itu sendiri.

Dengan demikian perlunya mengantisipasi sedini mungkin bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan oleh para oknum, karena terciptanya zona nyaman dan aman menjadi catatan dalam sejarah pendidikan, sebab pendidikan itu sendiri menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, sebagai upaya sadar oleh semua pihak, dalam rangka mengantarkan peserta didik menjadi insan yang toleran, inklusif, berwawasan luas, berakhlak mulia, sekaligus menjadi kebanggaan masyarakat dimasa yang akan datang.

Menelsisik Sebab dan Akibat kekerasan Dalam Dunia Pendidikan

Ada banyak faktor terjadinya kekerasan dalam dunia pendidikan, dimana guru sebagai aktor utama, haruslah mengamati dengan cermat dan seksama, adanya indikator-indikator yang mengarah terhadap kekerasan itu sendiri.

Berdasarkan analisis hasil konsultasi anak terhadap kekerasan tingkat nasional yang dilakukan tahun 2005 secara garis besar terdapat beberapa faktor terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh guru terhadap peserta didik. Ada empat faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam dunia pendidikan. Pertama faktor dalam diri peserta didik, kedua faktor dalam diri seorang guru, ketiga faktor sistem pendidikan, dan keempat faktor sosio-kultural dalam masyarakat.[2]

Pertama faktor dalam diri peserta didik, kekerasan yang terjadi terhadap peserta didik, memang karena ulah dari peserta didik itu sendiri. Memang ada banyak peserta didik yang tidak mengikuti mata pelajaran, suka menggganggu dalam proses pembelajaran, tidak disiplin, tidak memiliki akhlag dan lain sebagainya. Disinilah kerapkali terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh guru, dengan tujuan supaya peserta didik sesuai dengan harapan guru. Ulah dari peserta didik ini memang kerapkali membuat jengkel dari seorang guru, sehingga guru yang pemikirannya “cukup kasar” cara penyelesaiannya dengan cara kekerasan, sehingga hal tersebut memiliki tingkat resiko tersendiri, terlepas apakah itu akan membuat peserta didik semakin menjadi manut atau justru sebaliknya.

Seorang guru sangat perlu memahami situasi dan kondisi kepribadian peserta didik secara menyeluruh, yang memungkinkan akan menimbulkan banyak pertanyaan-pertanyaan yang harus dipecahkan oleh seorang guru, mengapa ketidakdisiplinan, kenakalan, suka mengganggu, tidak pernah mengerjakan PR, dan seterusnya itu tentu menjadi pekerjaan seorang guru untuk segera mengatasinya.

Kedua dalam diri seorang guru, ini sangat penting, mengingat guru sebagai pemimpin (leader), sebagai pendidik, pembimbing, dan salah satu penggerak dari sistem pendidikan itu sendiri. Penyebab terjadinya kekerasan yang dilakukan oleh seorang guru, karena memang ada faktor dari dalam diri seorang guru, dimana sistem pendidikan kadangkala memaksakan guru yang tidak memiliki “kapasitas” sebagai seorang guru, justru dipaksakan untuk mengajar, disamping itu pula wawasan keilmuan yang tidak memadai, justru akan mengundang ketidakpuasan dari peserta didik dalam proses belajar mengajar. Ada banyak guru yang masih gaptek, cara mengajar yang tidak mengikuti perkembangan zaman, kolot, dan memakai sistem lama, yang tidak relevan dengan kondisi saat ini.

Ketiga faktor sistem pendidikan, sebagai pelaksana sistem itu sendiri, guru dituntut untuk memahami dan kritis terhadap pemberlakuan sistem pendidikan, secara garis besar sistem tersebut memang diatur oleh pemerintah dalam UU No 20 tahun 2003 telah dijabarkan dalam peraturan pemerintah No 19 tahun 2005, yang disebut dengan Standart Nasional Pendidikan (SNP) yang bertujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Sementara pada sisi yang lain adanya otonomi daerah, dan otonomi pendidikan, diharapkan sistem pendidikan bukan lagi bersifat sentralistik, sebab saat ini sistem pendidikan sudah merambah menjadi desentralistik, dimana setiap lembaga pendidikan mampu mengembangkan sistem tersebut sesuai dengan kebutuhkan sekolah dan steakholder itu sendiri.
 
Keempat faktor sosio-kultural dalam masyarakat, dalam hal ini bangsa Inggris mengatakan : You can take the boy out of the country, but you can’t take the country out of the boy, yang artinya, anak dapat lepas dari daerah kelahirannya, tetapi daerah itu tidak akan lepas dari si anak. Pengaruh sosio-kultur yang melaterbelakangi tumbuh dan berkembangnya si anak tidak akan pernah lepas dari daerah yang telah membesarkannya, disinilah pentingnya peranan keluarga sebagai dasar pola pembentukan kepribadian anak, sedangkan lembaga pendidikan yang lain, tinggallah memberikan isinya saja, untuk selanjutnya akan ditentukan sendiri bentuk dan warnanya oleh si anak, sesuai dengan kemampuan, kekuatan, dan kreasi si anak itu dalam pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya.[3]

Latar belakang sosio-kultural, merupakan dasar dari perkembangan kepribadian anak didik, karena sosio-kultur itu akan selalu berkaitan dengan letak geografis dimana anak tumbuh dan dibesarkan. Secara umum ada banyak kesamaan karakter yang kemudian menjadi pembahasan mengenai typologi, yakni bentuk dan kesamaan karakter, tetapi dalam setiap diri anak ada ciri khas yang membedakan dari satu anak dengan yang lainnya, hal ini masuk dalam kajian psikologi.

Oleh sebab itu faktor kekerasan tersebut muncul dari sosio-kultur dalam suatu masyarakat yang berdampak pada pola berpikir dari pendidik maupun dari peserta didik, sehingga hal tersebut di bawa keranah pendidikan, dan yang cukup memprihatinkan masyarakat sekitar justru mengamini, karena kekerasan itu merupakan bagian dari proses pembelajaran.

Dari beberapa faktor sebab terjadinya kekerasan dalam dunia pendidikan memiliki dampak yang cukup signifikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Dampak tersebut menjadikan anak didik suka diam dan penyendiri, trauma, minder, dan canggung dalam bergaul, tidak mau sekolah, stres atau tegang sehingga tidak konsentrasi dalam belajar, dan dalam beberapa kasus yang parah dapat mengakibatkan bunuh diri.[4]

Oleh karena itu terjadinya kekerasan dalam dunia pendidikan  perlu untuk diantisipasi sedini  mungkin, karena kekerasan dalam bentuk apapun tidaklah dibenarkan, karena dampaknya cukup besar bagi perkembangan psikis anak.




  
Sumber Rujukan
Agus Sujanto Dkk, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Bumi Aksara, 1999
Desi Tri Handayani, kekerasan dalam dunia pendidikan, http//desitrihandayani.wordpress.com,  di akses pada 22 januari 2015
Uus, Faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan guru terhadap peserta didik di sekolah, http//psikologmalang.com, di akses pada 22 januari 2015
Pudji Susilowati, Kekerasan di Sekolah, www.e-psikologi.com, diakses pada 21 Januari 2015



[1] Pudji Susilowati, Kekerasan di Sekolah, www.e-psikologi.com, diakses pada 21 Januari 2015
[2] Uus, Faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan guru terhadap peserta didik di sekolah, http//psikologmalang.com, di akses pada 22 januari 2015
[3] Agus Sujanto Dkk, Psikologi Kepribadian, Jakarta: Bumi Aksara, 1999, Hal, 9-10
[4] http//desitrihandayani.wordpress.com, kekerasan dalam dunia pendidikan, di akses pada 22 januari 2015
Comments
0 Comments
Designed By Faisol Akhmad